Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohiim.........
Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap
tercurah atas nabi kita Muhammad, keluarga beserta shahabat beliau.
Ummat
Islam adalah ummat yang murni dan suci dalam perkara akidah, ibadah dan
muamalah. Nabi shallallahu'alaihiwasallam melarang hal-hal yang dapat
membangkitkan amarah serta menimbulkan permusuhan dan kebencian. Beliau
bersabda: "Janganlah kalian saling bermusuhan, saling iri, saling
membelakangi, dan janganlah kalian saling memutuskan hubungan. Jadilah
kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang
muslim untuk memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga
hari". (H.R Muslim)
Beliau juga menganjurkan untuk saling
mencintai dan berkasih sayang. "Demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya,
kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian tidak
akan beriman sampai kalian saling mencintai ... (H.R Muslim)
Ketika
Nabi shallallahu'alaihiwasallam ditanya manusia yang paling utama,
beliau menjawab: "Setiap orang yang makhmul al-qalb dan shaduq al-lisan
(sangat benar ucapannya). Para shahabat lalu bertanya: Kami mengetahui
tentang Shaduqul lisan, akan tetapi apa maksud dari makhmul al-qalb ?
Maka beliau menjawab: Yaitu orang yang bertakwa lagi bersih (jiwanya),
tidak mempunyai dosa, kedzaliman, dendam, maupun rasa iri dengki". (H.R
Ibnu Majah).
Jiwa yang bersih merupakan salah satu nikmat yang dianugrahkan kepada ahli surga ketika mereka masuk ke dalamnya.
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَاناً عَلَى سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ
"Dan
Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang
mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan"
(Q.S Al-Hijr 47)
Kebersihan jiwa memberikan ketenangan di dunia
dan keberuntungan di akherat serta merupakan salah satu sebab masuk ke
dalam surga. Ibnu Hazm menceritakan keadaan orang-orang yang dengki dan
bermusuhan, yang hati mereka dalam keadaan sakit: "Aku memperhatikan
kebanyakan manusia – kecuali yang Allah pelihara dan jumlah mereka
sedikit – menyegerakan kesengsaraan, gundah gulana serta keletihan bagi
diri mereka di dunia, lalu memikul dosa yang besar di akherat sehingga
menyebabkan (mereka) masuk ke dalam neraka dengan sesuatu hal yang sama
sekali tidak mendatangkan manfaat, seperti menginginkan harga barang
yang melambung yang menyengsarakan masyarakat, dan mereka yang tidak
berdosa.
Begitu pula mengangan-angankan datangnya musibah yang
dahsyat terhadap orang yang ia benci. Padahal mereka sadar kalau
keinginan buruk tadi tidak akan menyegerakan (kemudharatan) sedikitpun.
Seandainya
niat mereka bersih dan mereka perbaiki, tentulah ketenangan akan mereka
dapatkan dan mereka menyibukkan diri untuk kebaikan urusan mereka.
Pahala yang besar juga akan mereka raih di akherat dengan tanpa
mengakhirkan atau menghalangi sedikitpun dari apa yang mereka inginkan.
Maka adakah tipuan yang lebih besar keadaannya dari apa yang telah kami
peringatkan? Dan kebahagian mana yang lebih besar dari apa yang telah
kita anjurkan ?
Banyak orang pada saat ini yang tidak memakan
barang yang haram atau memandang pada apa yang diharamkan, akan tetapi
ia membiarkan hatinya bergelimang dalam rasa dendam dan kedengkian.
Berkata Fath bin Syakhraf: Abdullah al-Antaki berkata padaku: "Wahai
Khurasani: Kunci segala perkara itu hanya ada empat, tidak lebih:
Pandanganmu, lisanmu, hatimu dan nafsumu. Maka perhatikanlah matamu,
jangan sampai memandang pada apa yang tidak halal, dan perhatikan
lisanmu, jangan mengucapkan sesuatu yang Allah mengetahui apa yang
tidak bersesuaian dengannya dalam hatimu. Perhatikan juga hatimu,
jangan sampai tersimpan rasa dendam dan dengki pada salah seorang dari
kaum muslimin. Perhatikan pula nafsumu, jangan sampai menginginkan
sedikitpun dari kejahatan. Jika dirimu tidak memiliki empat hal di atas
maka tuangkanlah abu di atas kepalamu, karena engkau telah celaka".
Sebagian
orang menyangka bahwa tanda hati yang selamat itu adalah gampang
tertipu dan ditertawakan, ini adalah tidak benar. Berkata Ibnul Qayyim
rahimahullah: "Perbedaan antara jiwa yang selamat dan lemah fikiran
serta lalai adalah bahwa jiwa yang selamat tidak menginginkan kejahatan
setelah mengetahuinya, sehingga hatinya terbebas dari keinginan
melakukannya dan bukan mengetahui kejahatan lalu melakukannya. Ini
berbeda dengan orang yang bodoh dan lalai yang mana ia jahil dan
sedikit pengetahuannya. Hal seperti ini tidak terpuji, karena merupakan
suatu kekurangan. Manusia memuji orang semacam ini, karena mereka
selamat darinya. Merupakan suatu kesempurnaan bila seseorang mengetahui
segala bentuk kejahatan dan selamat dari keinginan melakukannya.
Berkata Umar bin Khattab r.a: "Aku bukan seorang penipu dan tidak bisa
dikelabui oleh penipu". Beliau lebih arif dari tipuan dan lebih wara'
dari perbuatan menipu.
Jiwa yang selamat adalah salah satu sebab
masuknya seseorang ke dalam surga. Anas bin Malik r.a menceritakan:
"Suatu hari kami duduk di majlis Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam,
lalu beliau bersabda: "Sebentar lagi akan akan muncul dihadapan kalian
salah satu calon penghuni surga. Lalu datanglah salah seorang dari kaum
Ansar yang janggutnya meneteskan air dari bekas wudhu, sedang tangan
kirinya memegang kedua terompahnya. Keesokan harinya nabi saw.
mengabarkan lagi, dan muncullah orang tadi. Pada hari yang ketiga, nabi
saw. mengabarkan lagi, dan muncullah orang tadi, sebagaimana keadaan
datangnya pada kali yang pertama. Ketika nabi saw. berdiri, Abdullah
bin Al-'Amr bin Al-'Ash r.a membuntuti orang tadi kemudian mengatakan:
"Aku berselisih dengan ayahku, dan aku bersumpah untuk tidak menemuinya
dalam waktu tiga hari. Jika engkau mengizinkan aku untuk menginap (di
rumahmu) sampai berlalu tiga hari". Maka orang tersebut menjawab:
"Baiklah".
Berkata Anas r.a : Abdullah menceritakan bahwa ia
bermalam di rumah orang tadi selama tiga malam, akan tetapi ia tidak
mendapatinya shalat malam. Hanya saja apabila ia terbangun dari
tidurnya, ia berdzikir dan mengagungkan Allah sampai Shalat Fajar.
Abdullah melanjutkan, namun aku tidak pernah mendengarnya mengatakan
sesuatu kecuali kebaikan. Setelah tiga hari berlalu, dan hampir saja
aku meremehkan amalannya, aku katakan padanya: "Wahai Abdullah,
sebenarnya tidak terjadi apa-apa antara aku dan ayahku, tetapi aku
mendengar rasulullah saw. bersabda tentang engkau sebanyak tiga kali:
"Akan hadir pada kalian seorang penghuni surga", lalu engkau muncul
pada ketiga saat tersebut. Lantas aku ingin untuk bermalam di rumahmu
untuk menyaksikan lebih dekat amalanmu, sehingga aku bisa
meneladaninya. Tetapi aku tidak mendapatimu banyak beramal. Amalan
apakah gerangan yang menyampaikan pada apa yang disabdakan nabi saw. ?
Lalu orang tersebut menjawab: "Tidak ada selain yang engkau lihat
sendiri, hanya saja aku tidak pernah merasa iri dengki pada seseorang
yang diberi kebaikan oleh Allah. Maka Abdullah berkata: "Inilah yang
menyampaikan engkau, dan inilah yang tidak mampu kami lakukan" (H.R
Ahmad)
Faktor pendorong timbulnya sikap saling membenci:
1. Mentaati setan.
Allah berfirman:
وَقُل
لِّعِبَادِي يَقُولُواْ الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ
بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوّاً مُّبِيناً
"Dan
katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia" (Q.S Al-Israa 53)
Rasulullah saw.
bersabda: "Setan berputus asa untuk disembah di jazirah arab, tetapi ia
berusaha menaburkan benih permusuhan diantara mereka" (H.R Muslim)
2.
Marah: adalah kunci setiap kejahatan. Nabi saw. telah berpesan pada
seseorang untuk menjauhi sikap marah dengan sabda beliau: "Janganlah
engkau marah". Beliau mengulanginya berkali-kali. (H.R Bukhari).
Marah
akan menjurus pada sikap mengejek orang lain, mengurangi hak serta
mengganggu mereka yang pada akhirnya menyebabkan permusuhan dan
perpecahan.
more ==>> http://ukhtifr.blogspot.com/
Dr Aidh bin Abdullah Al-Qarni dlm 566 kata-kata hikmah "Jangan lupa mengucapkan hasbunallah wa ni'mal wakil.. Sebab ucapan ini boleh memadamkan api yang membakar,menyelamatkan orang yang tenggelam,memperjelas jalan yang akan dilalui dan mengandungi janji yang kuat....